welcome in !!


tidak ada salahnya beriseng-iseng upload hasil catatan kuliah ku yang sudah dicetak di HSC angkatan buat di upload di sini.. sebagai back up kalo ada apa2 sama dokumen ku & akan lebih bermanfaat buat temen2 lain yang butuh. dari pada cuma teronggok di dokumen saja lebih baik terekspos & bisa diakses orang kan? toh gak rugi diriku eheheeee.. viva medika !

Jumat, 16 Desember 2011

Multiprofessional Team in Disaster Management

Catatan Diskusi Panel HSC 2008
Multiprofessional Team in Disaster Management
Panelis : dr. Belladonna, M.Kes; Sutono, S.Kep; dr. BJ Istiti Kandarina, Dr.rer.nat
Moderator : dr. Mubasysyr Hasan Basri, MA
oleh : yuandani saputra

Karena diskusi panelnya kurang terarah dan tidak menyertakan slide, catatan ini dibuat berdasarkan sumber referensi lain.

Manajemen bencana sangat membutuhkan kerjasama tim agar dapat berjalan efektif dan efisien. WHO telah mengeluarkan sebuah panduan yang disebut “The Framework for Action on Interprofessional Education and Collaborative Practice”. Dalam panduan tersebut, WHO menyoroti tentang kondisi kolaborasi interprofesional di seluruh dunia, menentukan mekanisme yang tepat untuk membentuk kerjasama tim kolaborasi dan panduan sukses untuk pemegang kebijakan dalam menerapkannya pada sistem kesehatan lokal yang ada di daerahnya. Secara garis besar, kerangka tersebut digambarkan sbb.



Kerangka tersebut mengakui bahwa banyak siste kesehatan yang terpisah-pisah diberbagai negara dan sedang berjuang memperbaiki kebutuhan kesehatan yang ada. Banyak bukti menunjukkan bahwa tenaga kesehatan harus bergerak mengikuti system
Tahun 2001, IOM (Institute of Medicine) menerbitkan laporan berjudul “Crossing the Quality Chasm : A New Health System for the 21st Century” yang didalamnya disebutkan bahwa perubahan system kesehatan yang menyeluruh sangat dibutuhkan dan ditekankan untuk direalisasikan seperti pembentukan tim multidisiplin. Harapannya agar para penyedia layanan kesehatan melakukan pekerjaannya dalam sebuah tim. Hal tersebut sangat tidak mungkin jika tidak ada pengajaran pekerjaan secara bersama-sama dan kesempatan belajar kemampuan dasar bersama.


Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat betapa pentingnya kerjasama interdisiplin dalam pelayanan kesehatan. Kolaborasi yang dikoordinasikan antarprofesi akan memiliki potensi yang menyeluruh dan dapat menawarkan layanan yang lebih hemat serta komprehensif kepada pasien.

Manajemen Bencana dalam Perspektif Kedokteran
Peran dan fungsi dokter dalam manajemen bencana diantaranya adalah :
·         Melakukan triase korban
·         Menerapkan prinsip keselamatan pasien bencana
·         Melakukan identifikasi korban
·         Melakukan komunikasi dengan anggota tim penanggulangan bencana lain, institusi maupun masyarakat saat identifikasi masalah, menganalisis dan merencanakan aksi yang akan dilakukan
·         Memiliki sifat pemimpin  dan terampil menajerial untuk mengatasi masalah dalam tim
Banyak peran yang dapat diambil oleh seorang dokter dalam manajemen bencana dan pembahasan lebih lengkapnya ada pada materi kuliah lain seperti triase, DVI (disaster victim identification), leadership and teamwork, motivation, HICS (hospital incident command system), rehabilitation and palliative care, medical response team, dsb

Manajeman Bencana dalam Perspektif Keperawatan
Perawat merupakan saah satu tenaga kesehatan yang jumlahnya paling besar dan berada di garis depan perawatan kesehatan pada saat bencana berlangsung. Perawat memberikan perawatan, advokasi, dan tenaga promosi kesehatan saat bencana berlangsung (disaster nursing).  Kemampuan esensial perawat yang dibutuhkan saat bencana adalah manajeman korban bencana yang tepat meliputi berpikir kritis (critical thinking), beradaptasi (adaptability), bekerja dalam tim (teamwork), dan kepemimpinan (leadership). Tujuan disaster nursing adalah untuk memastikan bahwa tingkat keperawatan tertinggi dapat dicapai melalui identifikasi advokasi, dan caring pada seluruh korban bencana pada seluruh fase bencana termasuk didalamnya upaya perencanaan dan kesiapsiagaan bencana.
Kemampuan yang harus dimiliki perawat dalam disaster nursing adalah sbb.
1.      Tindakan fundamental
·         Aspek etik
·         Menghormati hak dan harga diri manusia
·         Memahami bahwa setiap individu memiliki nilai dan kepercayaan yang berbeda tentang hidup dan mati selama bencana berlangsung
·         Melindungi hak dan harga diri manusia selama bencana berlangsung
·         Memahami oentingnya mengumpulkan dan melindungi informasi individu
·         Tanggung jawab dan akuntabilitas professional (kesadaran akan tanggung jawab sebagai seorang professional dalam bencana)
·         Melindungi kehidupan, kesehatan dan standar dasar kehidupan individu dan keluarga
·         Menyadari lingkup tanggung jawab dan bertindak sesuai keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan secara professional
·         Menyadaripengetahuan/keterampilan yang dimiliki dan tingkat kewenangan selama bencana dan bertindak sesuai keterbatasan yang dimiliki
·         Memahami peran dan berkoordinasi dengan pihak lain yang terlibat dalam aktivitas selama bencana
·         Aspek legal
·         Memahami undang-undang di tingkat domestic dan internasional
·         Bertindak dengan bekerjasama dengan organisasi yang ada
·         Membangun hubungan antarmanusia yang supportif dengan memahami aspek individualitas dan keberagaman korban bencana
·         Memahami bahwa latar belakang korban bencana beragam
·         Menciptakan hubungan dasar manusia yang dapat mendukung korban bencana
·         Mendukung proses pengambilan keputusan yang diambil oleh korban bencana
·         Mengumpulkan info yang dibutuhkan yang dapat mendukung korban menentukan keputusan
·         Mendukung korban bertindak sesuai keputusan yang diambil 
2.      Keterampilan  
·         General safety
·         Mekanisme tubuh (body mechanism)
·         Prinsip pencegahan universal (universal precaution)
·         Prinsip isolasi pasien
·         Perawatan umum
·         Teknik bersih dan steril perawatan luka
·         Perawatan emergensi
·         Luka gigit
·         Trauma tumpul (Blunt trauma)
·         Luka bakar
·         Kejang
·         Luka potong dan abrasi
·         Diare
·         Sulit nafas
·         Fraktur terbuka dan tertutup
·         Trauma kepala
·         Dislokasi sendi
Penanganan keperawatan pada berbagai kelompok masyarakat.
·         Kelompok ibu dan anak
·         Memahami respon fisik dan mental ibu dan anak terhadap bencana serta menyediakan support
·         Mengumpulkan info situasi bencana terkini dan membuat penyesuaian untuk menyediakan kingkungan yang kondusif untuk ini dan anak
·         Memberikan dukungan pada ibu dan anak dalam kehidupan keseharian
·         Memahami dukungan yang dibutuhkan keluarga ibu dan anak
·         Kelompok lankut usia
·         Mencegah masalah kesehatan dan mendukung gaya hidup yang sehat
·         Mendukung individu yang membutuhkan bantuan perawat
·         Mendukung keluarga dari individu lanjut usia tersebut
·         Kelompok dengan keterbatasan fisik dan mental
·         Memahami efek penyakit dan gangguan kesehatan tersebut, efek bencana serta memberikan dukungan yang sesuai
·         Memahami kebutuhan manajemen medis dan perlunya kunjungan pascabencana
·         Memahami dukungan yang dibutuhkan keluarga
·         Memahami penggunaan sumber daya yang dibutuhkan    

Manajeman Bencana dalam Perspektif Dietisien
Peran ahli gizi dalam daereah bencana antara lain :
·         Ahli gizi bertanggung jawab pada perancanaan menu yang simple namun bermanfaat dengan mempertimbangkan ketersediaan bahan makanan, air, bahan bakar dan personil
·         Menyelenggarakan intervensi gizi berdasarkan tingkat kedaruratan dengan memperhatikan prevalensi, keadaan penyakit, ketersediaan sumber daya, kebijakan yang ada, kondisi penampungan dan latar belakang social budaya
·         Melakukan surveilaance gizi untuk memantau perkembangan jumlah pengungsi, keadaan status gizi dan kesehatan
·         Membagi tugas pada setiap area seperti persiapan, distribusi dan penyajian serta menunjuk 1 orang koordintor
·         Berkoordinasi dengan tenaga lain untuk mewujudkan system pelayanan kesehatan yang efektif melalui koordinasi lintas program, lintas sektoral, LSM dan ormas dalam penanggulangan gizi setiap tahap
·         Melaksanakan profesionalisme tenaga lapangan untuk penanganan gizi pengungsi melalui orientasi dan pelatihan dengan pemberdayaan pengungsi di bidang pemenuhan kebutuhan pangan
Prinsip penanganan gizi darurat terdiri atas 3 tahap yaitu :
1.      Tahap penyelamatan
Tahap penyelamatan merupakan kegiatan yang bertujuan agar para pengungsi tidak lapar dan dapat mempertahankan status gizi. Tahap ini terdiri dari 2 fase yaitu :
·         Fase 1
Fase 1 adalah saat pengungsi baru terkena bencana, petugas belum sempat mengidentifikasi pengungsi secara lengkap dan belum ada perencanaan pemberian makanan terinci sehingga semua golongan umur menerima golongan yang sama. Fase ini maksimal selama 5 hari dan sasarannya adalah seluruh pengungsi dengan kegiatan berupa pemberian makanan jadi dalam waktu sesingkat mungkin, pendataan awal (jumlah pengungsi, jenis kelamin, golongan umur) dan penyelenggaraan dapur umum
·         Fase 2
Fase 2 adalah saat pengungsi sudah lebih dari 5 hari bermukim ditempat pegungsian, sudah ada gambaran keadaan umum pengungsi (jumlah, golongan umur, jenis kelamin, keadaan lingkungan dsb) sehingga perencanaan pemberian bahan makanan sudah lebih terinci serta tersedia cukup bantuan bahan makanan. Kegiatan pada fase ini meliputi pengumpulan dan pengelolaan data dasar status gizi, menentukan strategi intervensi berdasarkan analisis status gizi, merencanakan kebutuhan pangan untuk suplementasi gizi, menyediakan paket bantuan pangan (ransum) yang cukup, mudah dikonsumsi oleh semua golongan umur dengan syarat minimal sebagai berikut.
-          Setiap orang diperhitungkan menerima ransum senilai 2.100 kkal, 40 gram lemak dan 50 gram protein per hari
-          Diusahakan memberikan pangan sesuai dengan kebiasaan dan ketersediaan setempat, mudah diangkut, disimpan dan didistribusikan.
-          Harus memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral
-          Mendistribusikan ransum sampai diterapkan jenis intervensi gizi berdasarkan hasil data dasar  (maksimal 2 minggu)
-          Memberikan penyuluhan kepada pengungsi tentang kebutuhan gizi dan cara pengolahan bahan makanan masing-masing anggota keluarga.
2.      Tahap tanggap darurat
Tahap ini dimulai selambat-lambatnya pada hari ke-20 di tempat pengungsian. Kegiatan yang dilakukan meliputi :
·         Melakukan penapisan (screening) bila prevalensi gizi kurang balita 10-14,9% atau 5-9% yang disertai factor pemburuk
·         Menyelenggarakan pemberian makanan tambahan sesuai dengan jenis intervensi yang telah ditetapkan pada tahap 1 fase II  (PMT darurat/ransum, PMT darurat terbatas dan PMT terapi). *PMT=pemberian makanan tambahan
·         Melakukan penyuluhan baik individual maupun kelompok
·         Memantau perkembangan status gizi melalui surveillance
·         Melakukan modifikasi/perbaikan intervensi sesuai dengan perubahan tingkat kedaruratan.
-          Jika prevalensi gizi kurang > 15% atau 10-14% dengan factor pemburuk à diberikan paket pangan dengan standar minimal per orang per hari.  Dan diberikan PMT darurat untuk balita, ibu hamil dan menyusui, dan lansia serta PMT terapi bagi penderita gizi buruk. Ketentuan kecukupan gizi pada PMT darurat sama dengan standar ransum
-          Jika prevalensi gizi kurang 10-14,9% atau 5-9,9% dengan factor pemburuk à diberikan PMT darurat terbatas pada balita, ibu hamil, ibu menyusui dan lansia kurang gizi serta PMT terapi pada penderita gizi buruk
-          Jika prevalensi gizi kurang < 10% tanpa factor pemburuk atau <5% dengan faktor pemburuk à dilakukan penanganan penderita gizi kurang melalui pelayanan kesehatan setempat
3.      Tahap pengamatan/surveillance gizi
Bencana dapat mempengaruhi status kesediaan makanan dan akhirnya akan mempengaruhi status gizi. Hal ini karena bencana mengacaukan system transportasi, komunikasi, dan social ekonomi serta menurunkan persediaan pangan setempat. Untuk menilai status gizi, dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu :
·         Assessment cepat awal à menyediakan data dasar untuk perencanaan pemberian makan, identifikasi masalah kesehatan serta populasi yang terkena. Assessment ini juga menyediakan info tentang jumlah korban, kelompok umur, kondisi kesehatan dan lingkungan secara umum, risiko masalah kesehatan, status imunisasi, kebiasaan makan, ketersediaan bahan pangan, bahan bakar dan peralatan masak.
Langkah-langkah dalam survey gizi cepat
-          Mendefinisikan tujuan dan data yang diperlukan
-          Menentukan besar sampel
-          Merencanakan indicator dan metode sampling yang digunakan
-          Membuat form pengumpulan data dan lembar analisis
-          Mengumpulkan peralatan yang dibutuhkan
-          Memilih dan mentraining personil survey
-          Membuat jadwal dan melaksanakan survey
-          Menganalisis, menginterpretasi dan melaporkan hasil survey
-          Menentukan tindakan selanjutnya berdasarkan hasil survey, pengambilan kebijakan dan intervensi
·         Screening individual à mengidentifikasi individu yang membutuhkan penanganan khusus terkait malnutrisi
Langkah-langkah :
-          Menentukan tujuan, metode dan criteria yang akan digunakan
-          Menentukan siapa yang akan discreening
-          Mengumpulkan peralatan yang akan digunakan
-          Memilih dan melatih personel
-          Membuat jadwal screening
·         Surveillance gizi populasi à proses monitoring perubahan status gizi pada populasi
Tujuan surveillance gizi adalah melihat perubahan status gizi pada populasi dalam waktu tertentu. Tahapan yang dilakukan pada surveillance gizi pengungsi adalah :
-          Registrasi pengungsi à dilakukan secepat mungkin untuk mengetahui jumlah keala keluarga, jumlah pengungsi, jenis kelamin, kelompok umur, dsb. Perlu juga data wilayah, jumlah camp, sarana air bersihdsb. Data ini diperlukan untuk menghitung kebutuhan pangan tahap penyelamatan dan merencanakan surveillance berikutnya
-          Pengumpulan dan dasar gizi à data yang dimaksud adalah data antropometri seperti tinggi badan, berat badan, umur dsb. Data tambahan yang diperlukan adalah data penyakit seperti diare, ISPA/pneumonia, campak, malaria, angka kematian balita dsb. Data tersebut diperlukan untuk menentukan tingkat kegawatdaruratan gizi dan jenis intervensi yang diperlukan
-          Penapisan/screening à dilakukan bila perlu intervensi pemberian makanan tambahan secara terbatas (PMT darurat terbatas) dan PMT terapi.
-          Pemantauan dan evaluasi à ditujukan untuk menilai perubahan status gizi pengungsi yang meliputi pemantauan pertumbuhan balita setiap bulan dengan KMS dan penilaian status gizi seluruh balita setelah periode tertentu (3 bulan) untuk dibandingkan dengan data dasar.
Hal yang perlu dipersiapkan :
-          Petugas pelaksana adalah ahli gizi atau tenaga pelaksana giziyang memiliki kemampuan khusus penanggulangan gizidalam kondisi darurat sejumlah minimal 3 orang agar kerja lebih cepat. Tenaga pelaksana gizi akan bekerjasama dengan tim surveillance penyakit dan tenaga kedaruratan lainnya
-          Alat untuk identifikasi, pengumpulan data dasar, pemantauan dan evaluasi meliputi  alat ukur antropometri balita dan kelompok rawan lainnya, KMS, dan computer dengan aplikasi pendukung bila ada
-          Melakukan kajian sata surveillance dengan mengintegrasikan info dari surveillance lain (penyakit, kematian dsb)

REFERENSI
Savitri TS, Widyandana, Helmyati S, dkk. 2011. Modul Penelitian : Pendidikan Interprofesional dalam Manajemen Bencana. Yogyakarta: FK UGM
Savitri TS, Widyandana, Helmyati S, dkk. 2011. Modul Penelitian : Manajemen Bencana dalam Perspektif Kedokteran. Yogyakarta: FK UGM
WHO. 2010. Framework for Action on Interprofessional Education & Collaborative Practice. Geneva: Department of Human Resource for Health, World Health Organization




*07des2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar