Catatan Kuliah
“ Seizure in Child “
Dr. dr. Elisabeth
Siti Herini, Sp.A(K)
oleh : yuan’s !nk
Definisi
Kejang
yang berulang dalam 24 jam dan terjadi tanpa demam, ini masuk dalam sebutan
epilepsy. Kelainan lain yang menyebabkan kejang bisa berupa hipoglikemi/kelainan
metabolit, kelainan elektrolit pada dehidrasi karena diare berat (hiponatremi,
hipernatremi), infeksi CNS dsb. Tapi kejang demam adalah kejang yang tidak
termasuk dalam kategori diatas tadi. Kejang pada anak lebih dikenal dengan
kejang demam/febrile seizure atau di Jawa dikenal dengan “step” sebab disertai
dengan demam. Kejang demam adalah bentuk kejang akut yang terjadi pada anak
usia 6 bulan sampai 5 tahun. Yang dimaksud dengan demam di sini adalah suhu
tubuh 37,8°C-38,5°C tanpa disertai adanya infeksi system saraf pusat atau
gangguan elektrolit. Jika pasien kejang dengan demam tapi sebelumnya
mendapatkan terapi pengobatan epilepsy, kita diagnosisnya tetap epilepsy yang
kambuh bukan kejang demam lagi.
Kejang
demam nantinya menghilang pada usia sekitar 5 tahun. Secara epidemiologi, di
Amerika dan Eropa sekitar 4%. Di Jepang nilai ini lebih tinggi yaitu 10% sebab
banyaknya bayi premature dan pendataan surveillance yang lebih baik. Risiko
bayi premature untuk kejang lebih tinggi daripada bayi aterm. Di negara tropis
risiko juga lebih tinggi sebab tingginya angka infeksi.
Menurut
International League Against Epilepsy (ILAE), kejang demam adalah kejang yang berhubungan dengan demam (suhu >38°C) yang bukan disebabkan oleh infeksi susunan saraf
pusat maupun ketidakseimbangan elaktrolit yang terjadi pada anak lebih dari 1 bulan (biasanya 6 bulan – 5
tahun, jarang pada >7 tahun) tanpa adanya riwayat kejang tanpa demam
sebelumnya. Ada banyak criteria kejang demam tapi criteria ini selalu
diupdate dan diperbaharui. Salah satu bentuk pembaharuannya adalah masalah
pemeriksaan EEG yang kini tidak dilakukan lagi sebab tidak mengubah prognosis
maupun terapi. EEG boleh dilakukan atas permintaan.
Kejang
demam dapat diklasifikasikan menjadi :
-
Kejang demam sederhana (KDS)
KDS bersifat
tunggal/tidak berulang, durasi <15 menit, non-fokal/umum
-
Kejang demam kompleks (KDK)
KDK bersifat
fokal, multiple (kejang >1 kali dalam 24 jam) dan durasi >15 menit, ada
kelainan neurologis pascakejang
Penyebab
demam pada kejang demam dapat bermacam-macam seperti ISK, otitis, diare dsb. Untuk
diagnosisnya, dituliskan juga penyebab demamnya (2 diagnosis) seperti KDK + DHF dsb. Demam tersebut dapat
mencetuskan kejang. Namun, penyebab secara pasti penyebab kejangnya sendiri
masih belum diketahui mengapa pada anak A bisa kejang tapi pada anak B tidak
pada kondisi yang sama. Disini, factor risiko genetic memegang peranan penting
sebab 24% anak kejang demam memiliki riwayat keluarga dengan kejang demam juga
dan hanya 20% saja yang riwayatnya negative.
Kejang
demam bersifat mild dan jarang
menyebabkan gangguan intelektual maupun gangguan belajar. Tapi, kejang
demam yang lama (>15 menit) dapat menimbulkan IQ rendah dan kerusakan otak.
Risiko retardasi mental (IQ dibawah normal à <80) terjadi 5x lebih banyak jika ada
kejang demam pada anak yang diikuti kejang tanpa demam.
Kejang
demam dapat berulang. Factor risiko
terjadinya ulangan kejang demam ini meliputi :
-
Riwayat
kejang demam pada keluarga
-
Riwayat
epilepsy pada keluarga
-
Usia <18
bulan
-
Kejang
berulang
-
Kejang
timbul pada suhu rendah
-
Durasi
demam pendek sebelum kejang terjadi
Bila ditemukan ada >3 faktor, maka
risiko berulang 50-100%. Jika 1-2 faktor risiko, kenaikan 25-50% dan jika tidak
ada factor risiko, kemugkinan berulang hanya sekitar 10-15% saja dan
kemungkinan berulangnya ini paling besar terjadi pada tahun pertama setelah
kejang demam. Kejang demam berulang terjadi 2 kali lebih sering daripada kejang
demem tidak berulang.
Sebanyak
6,5% penderita kejang demam dapat berlanjut menjadi epilepsy. Factor risiko terjadinya epilepsy ini
adalah :
-
Sebelum
kejang demam pertama sudah ada kelainan neurologis/perkembangan
-
Ada
riwayat kejang tanpa demam/epilepsy pada keluarga atau saudara kandung
-
Kejang
berlangsung >15 menit atau kejang fokal
Keberadaan 1 faktor risiko
meningkatkan risiko 2-3% epilepsy dan 2 faktor risiko meningkatkan 13%
epilepsy.
Febrile
seizure sebenarnya ada bermacam-macam dan kesemuanya tergabung dalam GEFS+ (Generalized Epilepsy with Febrile
Seizure plus). Tanda “plus” dimaksudkan untuk criteria usia yang bisa >5
tahun. GEFS+ ini terdiri atas :
-
Febrile
seizure
-
Febrile
seizure plus (FS+)
-
FS+
dan seizure tipe absans
-
FS+
dan seizure myoklonik
-
FS+
dan seizure atonik
-
Epilepsy
myoklonik-astatik
-
Dravet
syndrome/SMEI
FS+
adalah kejang demam yang onset terjadinya lebih awal (<6 bulan) dan bisa
berlanjut sampai >6 tahun. Kejadian kejang demam pada infant (<1 tahun)
lebih berbahaya dan dikenal dengan istilah SMEI
(severe myoclonic epilepsy in infancy)/dravet syndrome.
Pemeriksaan
penunjang.
·
Pungsi lumbal
Pungsi lumbal
dilakukan untuk menyingkirkan atau menegakkan diagnosis meningitis.Dulu semua
pasien kejang demam pertama dilakukan LP tp sekarang tidak. Cukup pantau suhu
badannya saja. Pungsi lumbal harus dilakukan pada pasien kejang demam pertama
usia <12 bulan. Untuk kejang pertama usia 12-18 bulan perlu difikirkan LP
dan tidak dianjurkan LP kecuali ada gejala meningitis/infeksi intrakranial pada
kejang pertama usia >18 bulan.
·
EEG (electroencephalography)
Menurut AAP
(American Academy of Pediatric), pemeriksaan EEG tidak dianjurkan pada KDS
sebab tidak bisa dipakai sebagai pedoman memperkirakan berulangnya kejang
maupun epilepsy di masa depan. Pemeriksaan EEG hanya dilakukan untuk kejang
demam tidak khas/fokal
·
Laboratorium
Pemeriksaan lab tergantung
underlying diseasenya. Lab exam meliputi pemeriksaan darah tepi rutin dan
pengecekan elektrolit darah untuk mngecek status hidrasi (glukosa, Na+,
K+, Cl-, Mg2+, Ca2+)
·
Pencitraan/Imaging
Pemeriksaan
imaging yang bisa dilakukan adalah CT scan kepala/MRI kepala tapi prosedur ini
tidak dianjurkan pada KDS. CT scan kepala dilakukan jika ditemukan:
-
Kelainan
perkembangan saraf/deficit neurologis
-
Tanda
tekanan intracranial naik/riwayat trauma kepala
-
Status
konvulsivus à anoksia hipokampus, neokorteks,
thalamus, serebelum
-
Kejang
fokal
Manajeman
Prinsip
:
1.
pengobatan fase akut
- Airway,
Breathing, Circulation
- Atasi
kejang dengan diazepam rectal/IV kalo sudah ada IV line. Biasanya kejang berhenti
sendiri. Jika tidak berhenti spontan, ikuti alur terapi berikut. Alur ini dapat
dihentikan pada step mana saja ketika kejang berhenti.
-
Turunkan
panas demam dengan kompres hangat & paracetamol
2.
Mencari dan mengobati penyebab
-
Cari
underlying disease
-
Obati
penyebab demam dan pencetus demam (ISK, diare dsb)
3.
Pencegahan kejang demam berulang
-
Saat
demam à antikejang (diazepam) &
antipiretik
-
Profilaksis
obat antikejang dengan indikasi
Profilaksis
intermiten: - diazepam oral 0,3mg/kgBB q8h (untuk 2-3 hari)
- diazepam rectal 5-10mg (BB 10-20kg);
2-4mg (1 tahun); 5mg (1-3 tahun); 7,5mg (>3tahun)
Profilaksis maintenance: -
Phenobarbital 3-5mg/kgBB q12h
- Asam Valproat 15-40mg/kgBB q8-12h (untuk 1
tahun)
-
Kejang
demam tidak perlu pengobatan rutin/kontinu. Pengobatan kontinu seperti obat
epilepsy (e tahun) hanya kalau ada indikasi (mental retardasi, microcephal,
KDS, riwayat keluarga ada epilepsy, hasil diskusi)
-
Catatan
: Phenytoin & carbamazepine
tidak efektif untuk pencegahan kejang demam
Status
Epileptikus
SE merupakan kondisi darurat berupa kejang >30 menit atau serangan
kejang yang sangat sering dan pasien
tidak sadar selama kejang
berlangsung. Kejang yang lama ini dapat menimbulkan kerusakan otak akibat
hipoksia. Kondisi hiperpireksia dan hipotensi menimbulkan kerusakan cerebellum.
Status epileptikus kira-kira 1-5% dari pasien epilepsy dan sekiar 5% dari anak
kejang demam. Kematian terjadi karena sumbatan jalan nafas atau aspirasi
muntah. Sebanyak 2/3 anak dengan SE>60 menit mengalami cacat neurologi
ireversibel. Komplikasi neuroligis terjadi pada bayi yang lebih muda.
Untuk mengehentikan obat antiepilepsi,
tidak boleh mendadak tapi harus dilakukan tapering off pelan-pelan. Kalau mau
distop langsung secara cepat (alergi, intoksikasi), harus di rumah sakit dengan
pemantauan ketat sebab bisa muncul SE.
Fenitoin, phenobarbital atau midazolam dosis tinggi sekali diberikan kalau dosis awal tidak ampuh. Jika kejang tidak mau berhenti (berhari-hari), serahkan ke anestesi untuk dilakukan pelumpuhan keseluruhan.
alhamdulillah
fin 11 20 20 06 36
Tidak ada komentar:
Posting Komentar