Catatan Kuliah HSC ‘08
Coordinating Multiprofessions and Stakeholders
Panelist : Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D,
Prof. dr. H. Moh. Hakimi, Ph.D., Sp.OG(K), dr. Mei Neni Sitaresmi, Sp.A
oleh : yuandani saputra
Jaringan kerja (network), stakeholders dan program MNCH
Sekarang ini telah ada perbaikan di seluruh dunia dalam angka kematian ibu, bayi dan anak. Namun, hampir 0.35 juta perempuan dan 8,1 juta bayi dan anak di bawah lima tahun terus mati dengan penyebab yang dapat dicegah, dan hampir semua dari mereka berada di negara-negara berkembang.
Hasil MNCH (Maternal, Newborn and Child Health) dapat ditingkatkan dan terbukti dari beberapa negara berkembang dan negara maju yang membuktikan hal ini. Jadi, pengetahuan untuk mewujudkan hal itu ada. Tapi, kebanyakan hal tersebut tersebar di berbagai sumber, variabel kualitas, akses yang tidak sama, dan kurang diterjemahkannya kebijakan menjadi praktek yang nyata. Oleh karena itu, kemajuan terhambat oleh tindakan yang terfragmentasi dan kurang informative ini. Kesenjangan antara pengetahuan dan tindakan kesehatan ini perlu dijembatani sehingga perempuan dan anak-anak di seluruh dunia dapat hidup sehat dan produktif.
Kemitraan bagi MNCH menyatukan hampir 400 organisasi mitra, dan menyediakan gateway ke sumber daya pengetahuan dari mitra dan jaringan pakar lainnya. Tujuannya adalah untuk memfasilitasi akses terhadap pengetahuan dan memungkinkan berbagi untuk mempromosikan kebijakan dan praktek yang pada gilirannya meningkatkan kesehatan ibu, bayi, dan kesehatan anak.
Peningkatan dalam kesehatan anak dan maternal sangat bergantung pada bagaimana efisiensi pengetahuan pada strategi dan intervensi yang efektif yang bisa diterjemahkan menjadi aksi.
Karakteristik Layanan Kesehatan modern
· Peduli dengan Kesehatan serta layanan kesehatan
· Menggunakan sebuah program kesehatan yang berkesinambungan dan seamless dari preventif hingga kuratif
· Harus dievaluasi dalam hal efektivitas, kebutuhan, dan ekuitas
· Kasus MNCH (maternal newborn and child health)
Dalam hal praktiknya, MNCH dapat dilihat berdasarkan sejarah alamiah penyakit sebagaimana bagan berikut ini.
Kegiatan MNCH yang bisa dilakukan adalah :
• Pencegahan I : Intervensi Masyarakat dan Keluarga
• Pencegahan II : Layanan Kesehatan Primer
• Pencegahan III : Layanan Sekunder dan Tersier
Kerja sama tim di MNCH membutuhkan praktek multi/interprofesi. Yang dimaksud dengan profesi meliputi dokter medis, kesehatan masyarakat, bidan, perawat dsb. Praktek ini menghasilkan layanan kolaboratif dan komprehensif sesuai dengan nilai dan harapan dari masyarakat. Program MNCH terdiri dari jaringan kerja stakeholder yang menyusun masa depan layanan kesehatan yang multidisipliner dan multiprofesional.
Koordinasi prinsip-prinsip multiprofesi dan interprofesi dan aplikasi : Studi kasus di Universitas Gadjah Mada Fakultas Kedokteran.
Apa yang dimaksud dengan pendidikan interprofesional (Interprofessional Education)?
Pendidikan Interprofesional (Interprofessional Education (IPE)) melibatkan anggota (atau mahasiswa) dari dua atau lebih profesi yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan atau sosial yang terlibat dalam pembelajaran dengan, dari dan tentang satu sama lain. Dalam hal ini, terdapat perbedaan antara uniprofesional dan interprofesional education yaitu:
• Uniprofessional education (UPE): Semua mahasiswa berasal dari disiplin ilmu atau profesi yang sama. Penguasaan bagian pengetahuan sangat spesifik, tipe keterampilan dan mode perilaku sangat ditekankan.
• Interprofessional education (IPE): Mahasiswa dari berbagai profesi belajar bersama sebagai sebuah tim. Interaksi kolaboratif mereka ditandai dengan integrasi dan modifikasi kontribusi dari profesi yang berbeda untuk menjabarkan input dari profesi lainnya.
Ciri khas IPE
• peserta memahami prinsip-prinsip dan konsep-konsep inti dari masing-masing disiplin yang berkontribusi dan akrab dengan bahasa dasar dan pola pikir dari berbagai disiplin ilmu.
• Sebelum berpartisipasi di IPE, mahasiswa harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar yang berkaitan dengan profesi mereka sendiri.
Mengapa kita membutuhkan Pendidikan interprofesional?
• Teamwork dalam layanan kesehatan sering disebut sebagai Praktek interprofesional.
• Hasil praktik interprofessional dalam layanan kolaboratif yang komprehensif sesuai dengan nilai dan harapan klien/pasien
Tujuan pendidikan interprofesional adalah untuk mempersiapkan mahasiswa professional kesehatan dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk praktek interprofesional kolaboratif. Kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh setiap peserta adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap yang baik. Berikut ini adalah bagan konsep kerangka kerja dalam edukasi interprofesional.
Intervensi untuk mengurangi angka kematian ibu dapat dilakukan dengan mengubah setting masyarakat yang melahirkan dibantu dukun beranak (traditional birth attendant) menjadi dibantu oleh tenaga kesehatan yang terampil seperti bidan atau dokter. WHO mendefinisikan skilled attendant sebagai penyedia layanan kesehatan yang memiliki pengetahuan dan keterampilan minimal untuk mengatur proses melahirkan normal dan penyediakan perawatan emergensi obstetric dasar (lini pertama). Telah terbukti sekitar 13% sampai 33% angka kematian ibu berkurang dengan adanya skilled attendance persalinan.
What is the difference between interprofessional and interdisciplinary?
Disiplin adalah cabang akademik ilmu seperti kedokteran, keperawatan, terapi respirasi, control trafik udara, hukum, akuntan dsb. Interdisiplin berarti 2 atau lebih disiplin bekerja atau beljar bersama untuk menyelesaikan masalah atau mengumpulkan informasi. Contoh : kedokteran, farmasi dan hukum bekerja bersama saat ada obat baru yang di tes untuk dipasarkan.
Dalam sumber lain, interprofesional mendeskripsikan hubungan antara berbagai profesi sebagai alasan mereka berinteraksi untuk bekerja dan belajar bersama guna mencapai tujuan bersama. Contoh jika pasien memiliki masalah menelan, perawat, ahli patologi suara dan dietisien bekerja sama sebagai tim untuk menyelesaikan apa yang salah dan bagaimana menangani masalah pasien.
Primary Health Care
Sekretariat PBB menyampaikan bahwa bahkan dalam 30 tahun, system kesehatan akan tetap tidak berkembang optimal sebab belum ada promosi keseimbangan dalam usaha di area kerja promosi kesehatan, prevensi penyakit, perawatan dan tarapi paliatif.
‘Building a Better Tomorrow’
Tujuan ini dibangun dalam program edukasi interprofesional untuk menyiapkan provider kesehatan dengan peralatan yangdibutuhkan untuk bekerja dengan sukses dalam tim dan memberikan pelayanan kesehatan dengan cara baru. Inisiatif ini didasarkan pada pengenalan peran kolaborasi interprofesional dalam memaksimalkan reformasi layanan kesehatan dasar dan bergerak kearah layanan kesehatan interdisiplin yang membutuhkan provider mengembangkan keterampilan baru dan mendemonstrasikan perilaku baru.
Yang menjadi inti modul BBT ini adalah kepemahaman primary healthcare, pembangunan hubungan komunitas, team building, resolusi konflik, fasilitasi pembelajaran dewasa, rekam medis elektronik, dan program perencanaan serta evaluasi.
Program maternal saat ini di Indonesia dan pendekatan multiprofesi
Menjembatani kesenjangan antara pengetahuan dan tindakan untuk kesehatan ibu dan anak adalah kunci untuk mencapai Millenium Development Goals (MDGs) 4 & 5, dan untuk memperkuat sistem kesehatan sehingga perempuan dan anak di seluruh dunia memiliki perawatan yang mereka butuhkan untuk hidup sehat dan produktif.
Kemitraan bagi Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak (Partnership for Maternal, Newborn and Child Health /PMNCH) menyatukan lebih dari 300 organisasi mitra dari: pemerintah, organisasi multilateral, organisasi non-pemerintah, profesional perawatan kesehatan, donor, penelitian, akademis, dan komunitas pelatihan. PMNCH menyediakan mekanisme sistemik, atau gateway, untuk sumber daya MNCH mitra pengetahuan dan jaringan pakar, dan dibangun di atas komitmen organisasi mitra untuk berbagi dan menerjemahkan pengetahuan untuk mempromosikan kebijakan dan praktek yang pada gilirannya mempromosikan ibu, bayi, dan kesehatan anak. Tahap pertama menyediakan fungsi, pencarian terintegrasi disesuaikan dengan sumber daya tersebut. Hal ini didukung oleh PMNCH.
Di Indonesia sendiri, angka kematian ibu masih sangat tinggi. Berikut adalah diagram yang menunjukkan beberapa penyebab tingginya angka kematian ibu dengan upaya pencegahan yang dapat dilakukan.
Untuk itu, sangat diperlukan upaya untuk mengurangi penyebab tingginya angka kematian ibu ini seperti dengan 3 prinsip berikut:
· Mengurangi kemungkinan hamil misalnya dengan program KB
· Mengurangi kemungkinan kehamilan akan mengalami komplikasi serius dalam kehamilan maupun persalinan misalnya dengan antenatal care rutin
· Mengurangi kemungkinan kematian pada wanita dengan komplikasi misalnya dengan program semua persalinan wajib ditolong tenaga kesehatan
Ada three delays model yang terjadi dalam masyarakat yang membuat angka kematian ibu masih tinggi.
* Delay in decision to seek care à penundaan keputusan untuk mendapatkan perawatan
· Kekurangpahaman akan komplikasi
· Mindset penerimaan akan kematian ibu
· Status ibu yang rendah
· Barier sosiokultural dalam pancarian perawatan (larangan adat dsb)
* Delay in reaching care à penundaan mencapai layanan kesehatan
· Kondisi geografis yang sulit (gunung, sungai, laut)
· Organisasi yang buruk
* Delay in receiving care à penundaan menerima layanan perawatan
· Kurangnya sumberdaya dan personel
· Personel berkemampuan buruk
· Masalah biaya
Making Pregnancy Safer Initiative
Inisiatif untuk membuat kehamilan lebih aman adalah komponen signifikan Safe Motherhood. Safe motherhood sendiri adalah kemampuan ibu untuk mendapatkan kehamilan dan kelahiran yang aman dan sehat. Inisiatif ini akan diimplementasikan dalam kerangka kerja untuk memastikan bahwa
· Semua kehamilan diinginkan (bukan kecelakaan)
· Wanita mendapatkan kehamilan dan kelahiran yang aman
· Bayi lahir hidup dan sehat
Area program dalam Safe Motherhood dapat digambarkan dengan 4 pilar sebagaimana gambar berikut.
Intervensi untuk mengurangi angka kematian ibu dapat dilakukan dengan mengubah setting masyarakat yang melahirkan dibantu dukun beranak (traditional birth attendant) menjadi dibantu oleh tenaga kesehatan yang terampil seperti bidan atau dokter. WHO mendefinisikan skilled attendant sebagai penyedia layanan kesehatan yang memiliki pengetahuan dan keterampilan minimal untuk mengatur proses melahirkan normal dan penyediakan perawatan emergensi obstetric dasar (lini pertama). Telah terbukti sekitar 13% sampai 33% angka kematian ibu berkurang dengan adanya skilled attendance persalinan.
Skilled attendant setidaknya harus memiliki kemampuan untuk melakukan fungsi berikut:
1. Memimpin persalinan normal menggunakan teknik aseptic yang aman
2. Manajemen aktif kala 3 persalinan
3. Penyediaan layanan perawatan segera untuk bayi termasuk resusitasi
4. Memanajemen perdarahan postpartum dengan menggunakan oksitosin parenteral dan abdominal massage
5. Pengambilan plasenta secara manual
6. Memanajemen eklamsia melalui provisi agen antihipertensi parenteral
7. Mengenali dan memanajemen infeksi postpartum dengan antibiotic parenteral
8. Melakukan bantuan persalinan vaginal terbantu dengan extractor vakum
9. Memanajemen aborsi inkomplet dengan manual vacuum aspiration (MVA)
10. Mengetahui bagaimana merujuk ibu ke level perawatan selanjutnya dan menjaga stabilitasnya selama perjalanan
Intervensi kunci : Emergency Obstetric and Newborn Care (EmONC)
· Basic EmONC / PONED (pelayanan obstetrik, neonatus, emergensi dasar) meliputi pelayanan pemberia IV& IM obat-obatan uterotonics, antibiotic, antikonvulsan, manual vacuum aspiration, assisted vaginal delivery, pengambilan plasenta manual, resusitasi newborn, pengambilan produk aborsi atau keguguran, stabilisasi dan rujukan obstetrik darurat yang tidak dikelola di tingkat dasar. Dalam keadaan emergensi newborn, layanan yang dibutuhkan pada tingkat EmONC dasar termasuk pengelolaan infeksi neonatal, bayi berat badan lahir sangat rendah, komplikasi asfiksia dan ikterus neonatus parah, (keterampilan dan perlengkapan untuk terapi cairan intravena, perawatan termal termasuk radiant warmer, kangaroo mother care, oksigen, antibiotik parenteral, intragastric feeding, oral feeding menggunakan metode alternatif untuk pemberian ASI dan mendukung menyusui.
· Comprehensive EmONC / PONEK (pelayanan obstetik, neonatus, emergensi komprehensif) mencakup semua layanan yang disediakan di tingkat dasar, plus perawatan bedah caesar, layanan transfusi darah, dan newborn special care di tingkat lanjutan, seperti unit perawatan intensif neonatologi.
The Millennium Development Goals (MDGs)
MDGs adalah tujuan pembangunan universal seluruh dunia yang ditargetkan tercapai tahun 2015 oleh PBB. Ada 8 tujuan utama yaitu :
MDGs adalah tujuan pembangunan universal seluruh dunia yang ditargetkan tercapai tahun 2015 oleh PBB. Ada 8 tujuan utama yaitu :
Tujuan 1. Menangguangi kemiskinan dan kelaparan
Tujuan 2. Mencapai pendidikan dasar untuk semua
Tujuan 3. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan
Tujuan 4. Menurunkan angka kematian anak
Tujuan 5. Meningkatkan kesehatan ibu
Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya
Tujuan 7 Memastikan kelestarian lingkungan hidup
Tujuan 8 Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan
Dalam tujuan MDGs 5, terdapat target ke 6 yang menyaatakan adanya pengurangan 3/4 rasio kematian ibu antara 1990 dan 2015. Indikatornya menggunakan maternal mortality ratio dan proporsi kelahiran dibantu personel kesehatan terampil.
Program kesehatan anak saat ini di Indonesia dan pendekatan multiprofesi
MDGs tujuan 4 dituliskan bahwa target 2015 adalah menurunkan angka kematian anak. Sasaran utamanya adalah mengurangi angka kematian anak balita sebesar 2/3 antara tahun 1990 hingga 2015 dengan indicator keberhasilan sbb.
– Angka kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup
– Angka kematian anak per 1.000 kelahiran hidup
– % usia anak antara 12-23 bulan yang diimunisasi campak
Kesehatan Anak di Indonesia:
Tren kematian anak secara nasional ada kecenderungan menurun pada tahun 2000-an ini dengan kematian tertinggi masih dipegang oleh kematian neonatus.
Terdapat suatu ketimpangan yang terjadi seperti :
• Indikator nasional menutupi ketimpangan yang besar diantara kabupaten-kabupaten dan kelompok-kelompok sosial ekonomi
• Angka Kematian balita:
– 22 / 1000 kelahiran hidup (Yogyakarta) vs 96 / 1000 kelahiran hidup (Sulawesi Barat)
– 60 / 1000 kelahiran hidup (pedesaan) vs 38 / 1000 kelahiran hidup (perkotaan)
• Angka Kematian Bayi
– 19 / 1000 kelahiran hidup (Yogyakarta) vs 74 / 1000 kelahiran hidup (Sulawesi Barat)
Kematian balita (IDHS 2007)
• 77% dari kematian balita terjadi selama tahun pertama kehidupan (kematian bayi)
• 55% dari kematian bayi terjadi dalam bulan pertama setelah lahir (neonatus
• 80% kematian neonatus terjadi selama minggu pertama kehidupan (kematian neonatus dini)
Penyebab kematian 0-11 bulan 46,2% masalah neonates (asfiksia, BBLR, sepsis), 15% diare, 12,7% pneumonia dan sisanya masalah congenital, meningitis, tetanus dan tak diketahui. Penyebab kematian: 0-59 bulan 36% masalah neonatus, 17,2% diare, 13,2 pneumonia dan sisanya anomali kongenital, meningitis, tetanus dan tak diketahui. Penyebab kematian balita 2008 (%) menurut laporan MDGs PBB 2010 adalah 40%masalah nonatus (12 preterm, 9 asfiksi, 6 sepsis, dsb), 14 diare, 14 pneumoni, 8 malaria, 3 injuri, 2 aids, 1 campak. Tapi secara keseluruhan, >1/3 kematian anak tersebut disertai masalah malnutrisi
Malnutrisi
Malnutrisi jarang menjadi penyebab langsung kematian, tetapi dapat memberikan kontribusi secara tidak langsung kematian anak. Risiko kematian bisa meningkat dengan menurunnya Z score untuk berat badan yang terlalu rendah, stunting, and wasting. Malnutrisi merupakan salah satu penyebab penting dari kematian anak di Indonesia
Intervensi Berdasarkan Bukti
• Tingkat Keluarga -Masyarakat:
– Keluarga berencana
– Pemberian ASI, makanan pendamping ASI yang sesuai dengan usianya
– Kangaroo Mother Care
– WASH
– Larutan rehidrasi oral + Zink, vit A
Strategi MDG Anak Tumbuh-Anak Sehat dan Anak Berkembang meliputi 7 strategi (GOBI FFP) POSYANDU :
- Growth observation -> pemantauan pertumbuhan
- Oral rehisration -> oralit
- Breast feeding -> pemberian ASI
- Imunization -> imunisasi
- Food and nutrition -> makanan dan gizi
- Family Planning -> keluarga Berencana
- Prental skills -> Keterampilan Parental/menjadi orang tua
Fasilitas kesehatan tingkat pertama:
• Layanan Antenatal (berkualitas)
• Kelahiran normal yang dihadiri oleh pembantu kelahiran yang terampil dan di fasilitas kesehatan
• Manajemen Terpadu Balita Sakit Anak (MTBS) / Integrated Management of Childhood Illness (IMCI):
– Diare
– pneumonia
– Demam – malaria - campak
– Imunisasi
– Gizi
MTBS di berbagai tingkat dari sistem layanan kesehatan
MTBS membawa elemen-elemen tersebut bersama-sama untuk menciptakan
- Peningkatan system kesehatan
- Peningkatan menajemen kasus
- Praktik keluarga dan komunitas
- Hak anak
pelaksanaan MTBS
• MTBS telah diadopsi oleh lebih dari 100 negara
• MTBS telah terbukti
– Mengurangi angka kematian anak
– Meningkatkan gizi
– Meningkatkan penggunaan layanan
– Meningkatkan kinerja pekerja kesehatan
– Meningkatkan perawatan dengan biaya lebih rendah per anak yang dikelola dengan benar
MANFAAT DARI PELAKSANAAN IMCI TERHADAP PROGRAM YANG TERKAIT
PROGRAM | MANFAAT MTBS |
ARI & diare | Manajemen kasus terpadu |
Imunisasi |
Berkurangnya missed opportunities
|
Malaria |
Meningkatkan manajemen malaria dan mempromosikan penggunaan kelambu
|
Kesehatan ibu |
Diskusi tentang kesehatan ibu dan memberikan treatment
|
Gizi |
Bimbingan ibu tentang memberi makan anak dan menyusui
|
Treatment QA |
Panduan manajemen yang distandarisasi
|
Konsep Kerangka dari Manfaat MTBS terhadap Peningkatan Kesehatan dan Gizi
REFERENSI
Sitaresmi, Mei Neni. 2011. Slide kuliah “Current child program Indonesiaa for achieving MDGs”. Yogyakarta. FK UGM
Trisnantoro, Laksono. 2011. Slide kuliah “Coordinating Multiprofession and Stakeholders”. Yogyakarta. FK UGM
Hakimi, Moh. 2011. Slide kuliah “Part 3: Current Maternal Program in Indonesia”. Yogyakarta. FK UGM
*2des2011 11:41 pm
selamat pagi, saya ingin bertanya, diagram persentasi AKI diatas, sumbernya darimana ya? tks
BalasHapusthankyou infonya